LSQ ar-Rohmah – Bagi saya, kuliah s1 adalah masa-masa perjuangan yang tak terlupakan. Saat kuliah, saya harus nyambi bekerja untuk mencukupi biaya kuliah. Saya bekerja sebagai pramusaji di sebuah warung makan yang cukup besar di dekat kampus. Jam 15.00 saya harus siap-siap berangkat bekerja hingga larut malam sehingga di saat masuk kuliah, tak jarang saya ngantuk bahkan jika sudah tak kuat, kadang-kadang tertidur di dalam kelas.
Singkat cerita, pada saat semester awal, saya diajar oleh sosok yang sangat bersahaja, beliau adalah Dr. KH. Abdul Mustaqim, pengasuh pesantren LSQ Ar-Rahmah. Pada saat itu, saya sengaja duduk di bangku paling belakang karena kantuk yang cukup berat. Mata saya sudah tidak bisa diajak kompromi, kantuk yang ditahan berkali-kali menyerang. Kepala sudah berat dan mulai teranguk-anngguk.
Nah, saat itu, tiba-tiba, pak Mus, begitu kami biasa memanggilnya dulu, memukul meja bangku saya dengan pelan. Meskipun pelan namun cukup mengagetkan saya yang baru sadar bahwa dosen saya ada tepat di depan saya.
“Mas, kenapa ngantuk begitu?” Suaranya pelan tapi membuat saya gelagapan.
“Mohon maaf, Pak! Saya ngantuk karena nyambi bekerja sampai larut malam”
Saya kira saya akan dimarahi dan dihukum pada waktu itu, tetapi saat itu, justeru beliau menyemangati saya.
“Oh, iya! Gak apa-apa nyambi kerja. Sampean yang semangat ya! Saya juga dulu kuliah nyambi bekerja cari sambilan. Tapi jangan ngantuk, ya!” pesan beliau menyemangati dengan senyum khasnya. Sejak saat itu, saya selalu semangat mengikuti kuliah beliau. Hingga pada suatu saat, saya mendapatkan tugas makalah untuk mereview buku beliau yang berjudul Madzahibut Tafsir dan mempresentasikan makalah saya seadanya seraya memberikan kritik dan saran ala kadarnya pada waktu itu.
Setelah perkuliahan, tiba-tiba saya dipanggil.
“Halim, setelah ini, jangan langsung pulang ya! Ketemu saya sebentar!”
Pada saat itu, saya hanya terheran-heran dan bertanya-tanya ada apa gerangan. Setelah teman-teman saya semua keluar, saya menghadap ke beliau.
“Halim, kamu sudah tidak ngantukan lagi ya!” Sapa beliau sambil bercanda.
Saya hanya tersenyum “Hehe iya, Bapak! Berkat motivasi dari Bapak!”
“Begini, bagaimana kalau kamu ikut saya di pondok! Nanti bantu-bantu saya di masjid dan di masyarakat. Nanti biaya kuliah saya bantu. kamu bisa sambil belajar nulis juga. Saya jamin, nanti kalau ikut saya, kamu akan mendapatkan pelajaran yang kamu tidak bisa dapatkan di kampus” Begitu kira-kira pesan beliau.
“Baik, Bapak! Saya ijin orang tua dulu” Akhirnya, saya ijin ke orang tua dan orang tua pun sangat mendukung. Saya juga bercerita kepada teman-teman kuliah saat itu dan banyak yang mendukung, bahkan ada salah satu teman yang mengatakan,
“Wah, itu kesempatan emas, Lim! Ambiiil… beliau adalah dosen yang sangat produktif menulis. Sampean bisa banyak belajar kepada beliau!” akhirnya, dengan mantap dan keyakinan yang tinggi, saya ikut mondok dan belajar kepada beliau di LSQ.
Di pondok inilah saya banyak belajar kepada pengasuh baik tentang ilmu kepesantrenan, kepenulisan, etika-etika bermayarakat hingga kehidupan berumah tangga karena ikut bantu-bantu di ndalem beliau dan menemani putra-putra beliau saat beliau tugas di luar.
Bersambung………

Oleh :Abd. Halim
Alumni LSQ Arrahmah, Dosen IAIN Surakarta dan Pemred islamsantun.org
- Jalan Buntu Tindak Kekerasan Fisik Di Pesantren - May 29, 2023
- Buletin Edisi 3 : Introspeksi Diri Menyosong Idul Fitri - April 21, 2023
- Buletin LSQ Ar-Rohmah Edisi : 1 - November 20, 2022